Post by pIxeL on Aug 22, 2003 4:58:34 GMT -5
*lihat kiri-kanan*
aku coba ya...
ehem, ini fanfic pertamaku... dan nggak ada beta reader... saran, komen dan kritik sangat ditunggu. hope you'll enjoy this ;D
Disclaimer: Harry Potter, semua karakter dan dunianya bukan punyaku. Mereka milik J.K. Rowling (beruntung sekali..). Aku cuma pinjam sebentar.
Kata Terakhir
“He will not come back,” repeated Nick quietly. “He will have… gone on.”
Ada yang menyeretnya… Dia kehilangan keseimbangan, jatuh… terus, meluncur ke laut kegelapan tanpa dasar. Kesadarannya direnggut paksa, pelan tapi pasti. Apa yang terjadi? Sialan, duelnya dengan Bellatrix belum selesai… Oke, tadi dia sedikit lengah, mantra Bellatrix mengenainya. Tapi, itu bukan mantra pembunuh atau apa… Masa dia tidak bisa mengatasi mantra penyerang biasa?
Lalu… lalu dia jatuh ke balik korden hitam berdebu di ruangan aneh tadi… dan terseret sesuatu… seperti lubang hitam. Mungkinkan dia di lorong gelap dan mengerikan di balik korden itu? Ya… lorong kuno yang rasanya menyimpan hal-hal yang tak ingin diketahuinya… di mana ada suara-suara halus, bisikan gelap yang memenuhi kepalanya…
Duelnya dengan Bellatrix belum selesai… di mana kau, wanita sialan? Remus… Moody… Harry… Di mana mereka? Kenapa dia bisa sampai ke sini? Aku… mau… kembali… raung Sirius, hanya saja tak ada suara yang keluar. Dia tidak mampu melawan kekuatan aneh yang menariknya ke dasar kegelapan itu. Dia mulai tak bisa bernafas. Sensasi aneh dan tidak nyaman yang tidak pernah dirasakannya mulai datang. Takut? Bukan, itu bukan ketakutan. Marah? Jelas bukan. Tongkat… tongkat… bahkan tongkatnya pun tidak ada! Tanpa tongkat, dia merasa benar-benar tidak berdaya. Dia mulai mengantuk, pelan tapi pasti.
Dia bisa melihat bayangan dan suara-suara halus di ujung sana. Bayangan-bayangan yang mendekatinya, membuatnya kehilangan kesadaran, membuatnya sesak nafas. Haha… lucu, bisa-bisanya dia melihat bayangan dalam kegelapan. Ini cuma mimpi saja kan? Sakit… sial, tidak bisa bernafas… Kabut putih mulai mengerumuninya. Apakah ini Pensieve? Bukan, ini… apakah dia masih di Azkaban? Atau cuma mimpi biasa? Apakah ada kesakitan seperti ini?
Dia,… harus kembali ke pertarungan. Melindungi Harry. Sirius jatuh berlutut. Dia tak tahan lagi. Remus… Dumbledore… Harry… Percuma saja… Dirasakannya sebuah tangan membimbingnya lebih dalam lagi, ke dalam kehampaan dan kegelapan sedingin es. Tangan maut.
Bayangan-bayangan putih mulai mengerumuninya, seperti memberinya ucapan selamat datang. Samar-samar dilihatnya lorong berdebu tempat dia berada. Seharusnya dia bisa kembali… Tapi Sirius terperangah melihat bayangan-bayangan yang mendekatinya itu. Wajah-wajah yang dikenalnya. Sekelebat dilihatnya wajah kedua sahabatnya, sahabat yang dirindukannya selama ini, memandangnya dengan prihatin. Seolah ingin menolong, tapi tak bisa. “J… James…. Lil…lly…” Sirius berusaha memanggil nama mereka, walau sia-sia.
Bayangan itu berubah lagi. Itu Regulus, menatapnya sambil tersenyum sedih. Lalu wajah ibunya, dingin dan angkuh seperti biasa. Mrs. Potter, ibu James, tidak bertambah tua sedikit pun daripada waktu terakhir dia melihat beliau. Ayahnya, menatapnya dengan tajam… Gideon Prewett, rekannya di Order dulu… silih berganti bayangan-bayangan itu memandanginya, ada yang membisikkan kata semangat, ada yang mencemooh,… Sirius jatuh telungkup, kehabisan tenaga. Tidak, dia tak mampu melawan… H… Harry…
Padam.
Semua berakhir.
Semua gelap.
Sudah, Sirius, kamu boleh tidur dengan tenang.
Tapi, aku belum selesai!!
Sirius terkejut, dibangunkan teriakannya sendiri. Dia sudah berada dalam alam yang berbeda. Seakan-akan berjuta-juta tahub setelah dia roboh. Tak ada lorong. Tak ada bayangan-bayangan. Tidak ada rasa sakit. Hampa. Cuma ada dia… dan kegelapan yang membutakan, dan keheningan yang menulikan. Tubuhnya terasa begitu ringan, seakan bukan tubuhnya. Dia lupa semuanya, cuma bisa terkesima,…
Sekonyong-konyong ingatan datang membanjirinya, mengalir mengisi kanal-kanal kosong di otaknya, membombardirnya. Harry dalam bahaya… Voldemort… Cepat! Dia harus kembali… Order memerlukannya.. Dia mau kembali, entah bagaimana caranya,… Tempat apa ini? Apa yang sudah terjadi? Lalu, lorong berdebu yang dilewatinya; apa arti bayangan-bayangan itu… orang-orang yang sudah meninggalkannya di dunia,… sahabat-sahabatnya, musuh-musuhnyanya, keluarga yang telah ditolaknya… mengapa mereka datang kembali? Di mana tongkatnya? Sirius bergegas berdiri. Tapi, dia tidak bisa melihat di mana dia berpijak. Semuanya kegelapan semata. Ayo, putar otak, Sirius…
Tak ada jalan kembali, Sirius…
Sirius segera berhenti. Tidak ada siapa-siapa di situ. Suara itu tanpa wujud. Keheningan itu belum pecah,… suara itu cuma berupa bisikan-bisikan yang menggelitik hatinya saja, cuma ada di kepalanya saja. Yang ada di hadapannya sekarang cuma kegelapan yang membutakan, yang membuatnya semakin frustasi. Oh, sial, dia tidak bisa membela diri, tongkatnya lenyap entah ke mana.
Kau tahu itu, tapi tak mau mengakuinya… Tak ada jalan kembali…
“Tapi aku harus!! Kenapa aku tak bisa kembali?” teriak Sirius murka. Suaranya terdengar aneh dan serak, mengejutkan keheningan yang serasa abadi.
Tiba-tiba pemahaman itu datang, begitu tajam dan jernih, begitu tiba-tiba. Tapi,… tidak, mana mungkin? Masa Bellatrix telah… telah…
Oke, ini sangat tidak bisa dipercaya…
Hehe... Memang susah dipercaya bung…
Dia tidak bisa kembali karena…
“Karena… tak ada jalan kembali dari kematian…” Sirius terkejut akan bisikan yang keluar dari mulutnya sendiri. Kata hati yang sebelumnya telah ditolaknya mentah-mentah.
Akhirnya kau menyadarinya, kata suara itu sedih.
Dia… sudah…
mati?
Ini bohong ‘kan?
Tidak.
Bellatrix telah membunuhnya?
Tidak terlalu benar… mantra yang dirapal sepupumu itu bukan penyebab kematianmu.
Jadi, kenapa dia mati? Apakah… gara-gara lorong kuno dibalik korden itu? Apa cerita-cerita yang pernah didengarnya semasa kecil itu benar? Adakah ruang yang menghubungkan kehidupan dan kematian?
Ah… Berarti, satu hal sudah jelas. Kematiannya hanyalah kecelakaan! Berarti, dia bisa… bisa… kembali! Setitik harapan baru muncul pada diri Sirius. Kalau dia bisa sampai ke sini cuma gara-gara kecelakaan, seharusnya dia juga bisa kembali… Ini cuma kesalahan belaka! Waktunya belum habis!
Tapi desahan sedih dari suara kecil itu kembali mengganggunya. Kau yakin? Apakah kau seyakin itu ada jalan… kembali?
“Aku tidak bisa tidak kembali!” Sirius menggeram marah. Harry… hanya dialah satu-satunya yang tinggal untuk Harry. Mana mungkin dia bisa meninggalkannya begitu saja? Tanpa kata terakhir, tanpa apa-apa? Tidak, tidak bisa. Tugasnya belum selesai. Dia belum memenuhi janjinya, janji terakhirnya kepada James. Dia masih ingat betul saat itu…
~~
Bertahun-tahun yang lalu...
Dia memandang James, sedikit khawatir. Aneh sekali melihat James berada dalam situasi ini, lemah dan frustasi. Sama sekali bukan seperti sahabatnya yang biasa. Ingin sekali Sirius menamparnya keras-keras dan berteriak, di kupingnya kalau perlu, untuk menyadarkannya kembali. Satu lagi. Dia memesan mead panas. Mead panas! Bayangkan! Daya tahan alkohol James sangat rendah. Sirius masih sering menertawainya akan hal ini.
“Mereka mendapatkan Frank dan Alice…” ulang James sekali lagi.
“Ya, aku tahu…” jawab Sirius dengan sedih, mungkin untuk kelima kalinya. Frank dan Alice dulu senior mereka di Hogwarts, orang-orang yang sangat mereka hormati. Mereka baru saja mendapat khabar bahwa beberapa Death Eater telah menculik suami istri itu. Rudolphus dan Bellatrix Lestrange. Putra mereka satu-satunya yang sesusia dengan Harry, yang waktu itu dititipkan pada ibu Alice, selamat.
“Apa yang akan terjadi pada Neville?” tanya James gundah. Pandangan matanya mulai kurang fokus.
“James, kau mabuk.”
“Tidak, aku tidak mabuk…” tegas James keras kepala. “Sialan… kenapa harus Frank dan Alice? Mengapa??”
Sirius tak dapat berkata-kata.
Mereka diam. Diam yang menyiksa.
“Sirius, aku mau kau berjanji padaku.”
“Apa?”
“Kalau… kalau sampai terjadi sesuatu padaku, kumohon…” James terdiam sejenak, “...jagalah Lily dan Harry.”
Sirius menelan ludah.
“James…” dia berusaha mengatakan sesuatu.
“Kau harus berjanji.” Kata James sungguh-sungguh. “Aku cuma bisa mempercayakan mereka padamu. Kau ayah wali Harry.
Sirius menghela nafas panjang. Tidak mengertikah James? Tidak tahukah dia bahwa mereka menghadapi bahaya yang sama? Memang kehilangan Frank dan Alice sangat menyakitkan. Tapi, bukan kau satu-satunya yang terluka, James! Berani-beraninya dia bilang ingin aku me… menjaga Lily dan Harry… Dianggapnya aku ini apa? Berani-beraninya dia membicarakan hal ini. Dasar… dasar… Sirius tidak bisa melanjutkan lagi.
“Berjanjilah,” tuntut James setengah memaksa. Tapi, sinar matanya membuat semua kemarahan Sirius hilang. Lenyap begitu saja.
“Oke…” kata itu keluar dari mulutnya begitu saja, di luar kehendaknya. Suaranya terdengar aneh, seperti bukan suaranya sendiri.
“Hei, James… sial… dasar Prongs bodoh… Bangun,…”
Sirius harus memapah James kembali ke markas Order of the Phoenix. Lily pasti tanya macam-macam nanti.
Besoknya, James nyaris tak ingat apa-apa.
~~
aku coba ya...
ehem, ini fanfic pertamaku... dan nggak ada beta reader... saran, komen dan kritik sangat ditunggu. hope you'll enjoy this ;D
Disclaimer: Harry Potter, semua karakter dan dunianya bukan punyaku. Mereka milik J.K. Rowling (beruntung sekali..). Aku cuma pinjam sebentar.
Kata Terakhir
“He will not come back,” repeated Nick quietly. “He will have… gone on.”
Ada yang menyeretnya… Dia kehilangan keseimbangan, jatuh… terus, meluncur ke laut kegelapan tanpa dasar. Kesadarannya direnggut paksa, pelan tapi pasti. Apa yang terjadi? Sialan, duelnya dengan Bellatrix belum selesai… Oke, tadi dia sedikit lengah, mantra Bellatrix mengenainya. Tapi, itu bukan mantra pembunuh atau apa… Masa dia tidak bisa mengatasi mantra penyerang biasa?
Lalu… lalu dia jatuh ke balik korden hitam berdebu di ruangan aneh tadi… dan terseret sesuatu… seperti lubang hitam. Mungkinkan dia di lorong gelap dan mengerikan di balik korden itu? Ya… lorong kuno yang rasanya menyimpan hal-hal yang tak ingin diketahuinya… di mana ada suara-suara halus, bisikan gelap yang memenuhi kepalanya…
Duelnya dengan Bellatrix belum selesai… di mana kau, wanita sialan? Remus… Moody… Harry… Di mana mereka? Kenapa dia bisa sampai ke sini? Aku… mau… kembali… raung Sirius, hanya saja tak ada suara yang keluar. Dia tidak mampu melawan kekuatan aneh yang menariknya ke dasar kegelapan itu. Dia mulai tak bisa bernafas. Sensasi aneh dan tidak nyaman yang tidak pernah dirasakannya mulai datang. Takut? Bukan, itu bukan ketakutan. Marah? Jelas bukan. Tongkat… tongkat… bahkan tongkatnya pun tidak ada! Tanpa tongkat, dia merasa benar-benar tidak berdaya. Dia mulai mengantuk, pelan tapi pasti.
Dia bisa melihat bayangan dan suara-suara halus di ujung sana. Bayangan-bayangan yang mendekatinya, membuatnya kehilangan kesadaran, membuatnya sesak nafas. Haha… lucu, bisa-bisanya dia melihat bayangan dalam kegelapan. Ini cuma mimpi saja kan? Sakit… sial, tidak bisa bernafas… Kabut putih mulai mengerumuninya. Apakah ini Pensieve? Bukan, ini… apakah dia masih di Azkaban? Atau cuma mimpi biasa? Apakah ada kesakitan seperti ini?
Dia,… harus kembali ke pertarungan. Melindungi Harry. Sirius jatuh berlutut. Dia tak tahan lagi. Remus… Dumbledore… Harry… Percuma saja… Dirasakannya sebuah tangan membimbingnya lebih dalam lagi, ke dalam kehampaan dan kegelapan sedingin es. Tangan maut.
Bayangan-bayangan putih mulai mengerumuninya, seperti memberinya ucapan selamat datang. Samar-samar dilihatnya lorong berdebu tempat dia berada. Seharusnya dia bisa kembali… Tapi Sirius terperangah melihat bayangan-bayangan yang mendekatinya itu. Wajah-wajah yang dikenalnya. Sekelebat dilihatnya wajah kedua sahabatnya, sahabat yang dirindukannya selama ini, memandangnya dengan prihatin. Seolah ingin menolong, tapi tak bisa. “J… James…. Lil…lly…” Sirius berusaha memanggil nama mereka, walau sia-sia.
Bayangan itu berubah lagi. Itu Regulus, menatapnya sambil tersenyum sedih. Lalu wajah ibunya, dingin dan angkuh seperti biasa. Mrs. Potter, ibu James, tidak bertambah tua sedikit pun daripada waktu terakhir dia melihat beliau. Ayahnya, menatapnya dengan tajam… Gideon Prewett, rekannya di Order dulu… silih berganti bayangan-bayangan itu memandanginya, ada yang membisikkan kata semangat, ada yang mencemooh,… Sirius jatuh telungkup, kehabisan tenaga. Tidak, dia tak mampu melawan… H… Harry…
Padam.
Semua berakhir.
Semua gelap.
Sudah, Sirius, kamu boleh tidur dengan tenang.
Tapi, aku belum selesai!!
Sirius terkejut, dibangunkan teriakannya sendiri. Dia sudah berada dalam alam yang berbeda. Seakan-akan berjuta-juta tahub setelah dia roboh. Tak ada lorong. Tak ada bayangan-bayangan. Tidak ada rasa sakit. Hampa. Cuma ada dia… dan kegelapan yang membutakan, dan keheningan yang menulikan. Tubuhnya terasa begitu ringan, seakan bukan tubuhnya. Dia lupa semuanya, cuma bisa terkesima,…
Sekonyong-konyong ingatan datang membanjirinya, mengalir mengisi kanal-kanal kosong di otaknya, membombardirnya. Harry dalam bahaya… Voldemort… Cepat! Dia harus kembali… Order memerlukannya.. Dia mau kembali, entah bagaimana caranya,… Tempat apa ini? Apa yang sudah terjadi? Lalu, lorong berdebu yang dilewatinya; apa arti bayangan-bayangan itu… orang-orang yang sudah meninggalkannya di dunia,… sahabat-sahabatnya, musuh-musuhnyanya, keluarga yang telah ditolaknya… mengapa mereka datang kembali? Di mana tongkatnya? Sirius bergegas berdiri. Tapi, dia tidak bisa melihat di mana dia berpijak. Semuanya kegelapan semata. Ayo, putar otak, Sirius…
Tak ada jalan kembali, Sirius…
Sirius segera berhenti. Tidak ada siapa-siapa di situ. Suara itu tanpa wujud. Keheningan itu belum pecah,… suara itu cuma berupa bisikan-bisikan yang menggelitik hatinya saja, cuma ada di kepalanya saja. Yang ada di hadapannya sekarang cuma kegelapan yang membutakan, yang membuatnya semakin frustasi. Oh, sial, dia tidak bisa membela diri, tongkatnya lenyap entah ke mana.
Kau tahu itu, tapi tak mau mengakuinya… Tak ada jalan kembali…
“Tapi aku harus!! Kenapa aku tak bisa kembali?” teriak Sirius murka. Suaranya terdengar aneh dan serak, mengejutkan keheningan yang serasa abadi.
Tiba-tiba pemahaman itu datang, begitu tajam dan jernih, begitu tiba-tiba. Tapi,… tidak, mana mungkin? Masa Bellatrix telah… telah…
Oke, ini sangat tidak bisa dipercaya…
Hehe... Memang susah dipercaya bung…
Dia tidak bisa kembali karena…
“Karena… tak ada jalan kembali dari kematian…” Sirius terkejut akan bisikan yang keluar dari mulutnya sendiri. Kata hati yang sebelumnya telah ditolaknya mentah-mentah.
Akhirnya kau menyadarinya, kata suara itu sedih.
Dia… sudah…
mati?
Ini bohong ‘kan?
Tidak.
Bellatrix telah membunuhnya?
Tidak terlalu benar… mantra yang dirapal sepupumu itu bukan penyebab kematianmu.
Jadi, kenapa dia mati? Apakah… gara-gara lorong kuno dibalik korden itu? Apa cerita-cerita yang pernah didengarnya semasa kecil itu benar? Adakah ruang yang menghubungkan kehidupan dan kematian?
Ah… Berarti, satu hal sudah jelas. Kematiannya hanyalah kecelakaan! Berarti, dia bisa… bisa… kembali! Setitik harapan baru muncul pada diri Sirius. Kalau dia bisa sampai ke sini cuma gara-gara kecelakaan, seharusnya dia juga bisa kembali… Ini cuma kesalahan belaka! Waktunya belum habis!
Tapi desahan sedih dari suara kecil itu kembali mengganggunya. Kau yakin? Apakah kau seyakin itu ada jalan… kembali?
“Aku tidak bisa tidak kembali!” Sirius menggeram marah. Harry… hanya dialah satu-satunya yang tinggal untuk Harry. Mana mungkin dia bisa meninggalkannya begitu saja? Tanpa kata terakhir, tanpa apa-apa? Tidak, tidak bisa. Tugasnya belum selesai. Dia belum memenuhi janjinya, janji terakhirnya kepada James. Dia masih ingat betul saat itu…
~~
Bertahun-tahun yang lalu...
Dia memandang James, sedikit khawatir. Aneh sekali melihat James berada dalam situasi ini, lemah dan frustasi. Sama sekali bukan seperti sahabatnya yang biasa. Ingin sekali Sirius menamparnya keras-keras dan berteriak, di kupingnya kalau perlu, untuk menyadarkannya kembali. Satu lagi. Dia memesan mead panas. Mead panas! Bayangkan! Daya tahan alkohol James sangat rendah. Sirius masih sering menertawainya akan hal ini.
“Mereka mendapatkan Frank dan Alice…” ulang James sekali lagi.
“Ya, aku tahu…” jawab Sirius dengan sedih, mungkin untuk kelima kalinya. Frank dan Alice dulu senior mereka di Hogwarts, orang-orang yang sangat mereka hormati. Mereka baru saja mendapat khabar bahwa beberapa Death Eater telah menculik suami istri itu. Rudolphus dan Bellatrix Lestrange. Putra mereka satu-satunya yang sesusia dengan Harry, yang waktu itu dititipkan pada ibu Alice, selamat.
“Apa yang akan terjadi pada Neville?” tanya James gundah. Pandangan matanya mulai kurang fokus.
“James, kau mabuk.”
“Tidak, aku tidak mabuk…” tegas James keras kepala. “Sialan… kenapa harus Frank dan Alice? Mengapa??”
Sirius tak dapat berkata-kata.
Mereka diam. Diam yang menyiksa.
“Sirius, aku mau kau berjanji padaku.”
“Apa?”
“Kalau… kalau sampai terjadi sesuatu padaku, kumohon…” James terdiam sejenak, “...jagalah Lily dan Harry.”
Sirius menelan ludah.
“James…” dia berusaha mengatakan sesuatu.
“Kau harus berjanji.” Kata James sungguh-sungguh. “Aku cuma bisa mempercayakan mereka padamu. Kau ayah wali Harry.
Sirius menghela nafas panjang. Tidak mengertikah James? Tidak tahukah dia bahwa mereka menghadapi bahaya yang sama? Memang kehilangan Frank dan Alice sangat menyakitkan. Tapi, bukan kau satu-satunya yang terluka, James! Berani-beraninya dia bilang ingin aku me… menjaga Lily dan Harry… Dianggapnya aku ini apa? Berani-beraninya dia membicarakan hal ini. Dasar… dasar… Sirius tidak bisa melanjutkan lagi.
“Berjanjilah,” tuntut James setengah memaksa. Tapi, sinar matanya membuat semua kemarahan Sirius hilang. Lenyap begitu saja.
“Oke…” kata itu keluar dari mulutnya begitu saja, di luar kehendaknya. Suaranya terdengar aneh, seperti bukan suaranya sendiri.
“Hei, James… sial… dasar Prongs bodoh… Bangun,…”
Sirius harus memapah James kembali ke markas Order of the Phoenix. Lily pasti tanya macam-macam nanti.
Besoknya, James nyaris tak ingat apa-apa.
~~